DENPASAR - Upacara tumpak landep yang jatuh pada hari Sabtu (7/5) dirayakan serempak di hampir setiap
instansi dan perumahan warga. Di instansi kepolisian, tumpak landep juga dirayakan dengan mengupacarai ratusan senjata yang biasa mereka gunakan dalam tugas sehari-hari.
Sementara itu IB Made Oka Yusa Manuaba, selaku Kepala Kantor Departemen Agama Kota Denpasar, mengatakan upacara tumpak landep ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa. “Rasa syukur atas akal pikiran manusia karena mampu menciptakan serta memanfaatkan teknologi ataupun benda sehingga
memudahkan dalam mengarungi hidup,” katanya pada Sabtu (7/5).
Baik Polsek maupun tingkat Polres serentak melakukan upacara tersebut. Di markas Brimob Polda Bali dan Polsek Denpasar Selatan, misalnya ada puluhan kendaraan serta ratusan senjata api juga diupacarai sejak pagi. Di tempat lain seperti di Polsek Kuta juga dilakukan hal yang sama. Bahkan dari data yang ada sedikitnya ada 68 senjata api yang terdiri dari senjata laras panjang sebanyak 3 unit dan 65 senjata jenis pistol revolver juga ikut diupacarai. Selain itu puluhan motor dan mobil juga sama. “Ini adalah wujud terima kasih kita kepada Tuhan yang telah memberikan kekuatan sehingga dapat kita gunakan dengan baik,” kata Kapolsek Kuta AKP Gede Ganefo ditemui di lokasi.
Dia juga berharap agar senjata-senjata itu dapat digunakan sebagaimana mestinya. “Tentunya biar tepat sasaran dan tepat guna,” ungkapnya. Upacara ini sekaligus mewujudkan konsep tri hita karana yakni menjaga hubungan harmonis dan serasi sesama umat manusia dengan lingkungan dan Sang Pencipta. Manusia diharapkan lebih menajamkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kegiatan yang bermanfaat.
Selain itu juga sebagai pemujaan kepada Sang Hyang Widhi yang telah menganugerahkan ketajaman kecerdasan. “Landep memiliki arti lancip. Secara harfiah diartikan benda tajam atau senjata tajam dimana dulunya senjata tersebut sebagai senjata menegakkan keadilan dan kebenaran,” imbuhnya. Dalam konteks kekinian, kata dia, senjata tersebut bukan hanya keris dan tombak tetapi benda yang dapat mempermudah hidup. “Karena itu benda-benda itulah yang diupacarai sehingga betul-betul bermanfaat dan mempermudah hidup,” tegasnya. Upacara yang jatuh setiap 210 hari sekali ini diisi persembahyangan khusus yang dipersembahkan untuk benda-benda dan teknologi yang terbuat dari besi atau logam. Alasannya, benda-benda itu memberikan kemudahan dalam mencapai kesejahteraan manusia.

Sementara itu IB Made Oka Yusa Manuaba, selaku Kepala Kantor Departemen Agama Kota Denpasar, mengatakan upacara tumpak landep ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa. “Rasa syukur atas akal pikiran manusia karena mampu menciptakan serta memanfaatkan teknologi ataupun benda sehingga
memudahkan dalam mengarungi hidup,” katanya pada Sabtu (7/5).
Baik Polsek maupun tingkat Polres serentak melakukan upacara tersebut. Di markas Brimob Polda Bali dan Polsek Denpasar Selatan, misalnya ada puluhan kendaraan serta ratusan senjata api juga diupacarai sejak pagi. Di tempat lain seperti di Polsek Kuta juga dilakukan hal yang sama. Bahkan dari data yang ada sedikitnya ada 68 senjata api yang terdiri dari senjata laras panjang sebanyak 3 unit dan 65 senjata jenis pistol revolver juga ikut diupacarai. Selain itu puluhan motor dan mobil juga sama. “Ini adalah wujud terima kasih kita kepada Tuhan yang telah memberikan kekuatan sehingga dapat kita gunakan dengan baik,” kata Kapolsek Kuta AKP Gede Ganefo ditemui di lokasi.
Dia juga berharap agar senjata-senjata itu dapat digunakan sebagaimana mestinya. “Tentunya biar tepat sasaran dan tepat guna,” ungkapnya. Upacara ini sekaligus mewujudkan konsep tri hita karana yakni menjaga hubungan harmonis dan serasi sesama umat manusia dengan lingkungan dan Sang Pencipta. Manusia diharapkan lebih menajamkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kegiatan yang bermanfaat.
Selain itu juga sebagai pemujaan kepada Sang Hyang Widhi yang telah menganugerahkan ketajaman kecerdasan. “Landep memiliki arti lancip. Secara harfiah diartikan benda tajam atau senjata tajam dimana dulunya senjata tersebut sebagai senjata menegakkan keadilan dan kebenaran,” imbuhnya. Dalam konteks kekinian, kata dia, senjata tersebut bukan hanya keris dan tombak tetapi benda yang dapat mempermudah hidup. “Karena itu benda-benda itulah yang diupacarai sehingga betul-betul bermanfaat dan mempermudah hidup,” tegasnya. Upacara yang jatuh setiap 210 hari sekali ini diisi persembahyangan khusus yang dipersembahkan untuk benda-benda dan teknologi yang terbuat dari besi atau logam. Alasannya, benda-benda itu memberikan kemudahan dalam mencapai kesejahteraan manusia.
sumber : NusaBali