![]() |
TERJARING - Sejumlah wanita terjaring razia di sebuah tempat hiburan |
DENPASAR - Ini peringatan bagi siapa saja yang suka "jajan". Berdasar data terbaru Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 75 persen pekerja seks komersial (PSK) di Bali di Bali mengidap virus penyakit HIV/AIDS.
“Estimasi jumlah PSK di seluruh Bali ada 6.000. Angka yang paling tinggi PSK pengidap HIV/AIDS ada di Sanur, Kuta, dan daerah lain juga ada yang positif,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya, Selasa (3/1).
Suarjaya mengatakan, hasil survei yang dilakukan pihaknya baru-baru ini di kafe-kafe, sekitar 20 persen yang terindikasi terkena virus HIV/AIDS. Lebih lanjut ia menjelaskan upaya pencegahan telah dilakukan pihaknya secara intensif dan mendasar.
“Upaya kita jelas dengan pencegahan dan penanggulangan pemberian antiretroviral therapy (ARV). Gerakan kita sampai ke level bagaimana pencegahan dari ibu ke bayi. Sekarang, di puskesmas, ibu hamil wajib disarankan untuk diperiksa voluntary conseling and testing (VCT),” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kasus HIV/AIDS yang terbanyak menjangkiti usia produktif 19 tahun hingga 39 tahun.
“Tujuh puluh enam persen ada di umur produktif itu. Saya sarankan masyarakat jangan melakukan seks yang berisiko. Makanya masyarakat hati-hati agar tidak tertular,” tegasnya.
Lebih jauh upaya pencegahan di hulu sudah dilakukan dalam satu wadah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Upaya itu dilakukan melalui peningkatan pengetahuan masyarakat yang komprehensif mulai dari generasi muda.
“Melalui Kader Desa Peduli AIDS, KMPA, KSPAN ini upaya peningkatan kita melalui pengetahuan dan memang cukup berhasil. Kasus baru sekarang sudah cukup jauh berkurang,” katanya.
Di sisi lain ia menegaskan pihaknya mengupayakan pengobatan bagi penderita yang masih tersembunyi seperti fenomena gunung es. Langkah terapi yang baik pada penderita HIV positif itu bisa menekan penularannya.
“Kalau sekarang dengan pemberian antiretroviral (ARV) pada kasus postif, bisa menekan penularan. Sehingga strategi kita dari zero new infection bisa berhasil,” katanya.
Menurutnya, dengan menggunakan strategi yang diterapkan tiga tahun yang lalu sekarang sudah menampakkan hasil dengan munculnya kasus baru.
“Dari tahun ke tahun hasil dari zero survey kami antara 20 hingga 22 persen itu positif, sekarang sudah turun menjadi 16 persen. Ini tidak bisa seketika keberhasilannya, tapi bisa dilihat tiga tahun mendatang,” ulasnya.
sumber : tribun