Mungkinkah Teknologi ‘Iron Man Bali’ Menggerakkan Lengan Lumpuh?
I Wayan Sumardana alias Wayan Sitawan dijuluki Iron Man dari Bali karena mengenakan tangan robot yang dibuatnya sendiri.
Pria yang akrab disapa Tawan itu mengaku bisa menggerakan lengannya yang lumpuh karena stroke berkat bantuan tangan robot.
Pengakuan
Tawan itu sontak membuat banyak orang bertanya-tanya bagaimana cara
kerja tangan robot yang hanya terbuat dari barang bekas itu.
Ada yang menyatakan kagum, ada pula yang menuding Tawan berbohong.
Lantas, mungkinkah teknologi yang digunakan Tawan mampu menggerakan lengan yang lumpuh?
Seorang
ahli saraf dan juga ahli saraf intervensi, Dr. Fritz Sumantri Usman Sr,
SpS, FINS mengungkapkan, secara teori, Tawan mungkin saja mampu
membangkitkan gelombang Mu di otaknya.
Mu merupakan gelombang yang berkaitan dengan aktivitas motorik atau gerak.
"Jika
gelombang Mu itu dikumpulkan, diperbesar, gelombang itu bisa digunakan
sebagai pusat tenaga. Setelah diolah sirkuit elektronik tertentu, alat
itu menstimulus otot-otot di lengan supaya bisa bergerak," terang Fritz
kepada Kompas.com, Sabtu (23/1/2016).
Akan tetapi, menurut Fritz, seseorang perlu banyak berlatih untuk bisa mengaktifkan gelombang Mu.
Gelombang Mu biasanya muncul saat seseorang rileks.
Dengan menggunakan elektroda di kepala dan Electricencephalography (EEG), gelombang di otak tersebut bisa terlihat.
EEG merupakan alat untuk merekam aktivitas listrik di otak.
Melihat alat yang digunakan Tawan, tangan robotnya itu juga tersambung dengan rangkaian elektrik yang melingkar di kepalanya.
Dengan kekuatan pikiran, Tawan mengaku dapat menggerakkan tangannya itu dengan alat buatannya.
Namun,
secara logika, untuk menangkap lebih banyak gelombang Mu, Tawan
sebaiknya juga meletakkan elektroda itu di puncak kepalanya.
Sebab, menurut Fritz, gelombang Mu paling banyak terdapat di puncak kepala dan di sekitar telinga.
"Mungkin
dia (Tawan) sudah terlatih bisa mengaktifkan gelombang Mu. Makanya dia
bilang itu alat cuma bisa dipakai dia sendri. Secara logika memang
gelombang Mu tidak bisa timbul seketika pada semua orang," lanjut Fritz.
Fritz
mengatakan, berdasarkan sejumlah jurnal kedokteran, memang hanya
gelombang Mu di otak yang bisa diubah menjadi kinetik atau gerak.
Gelombang Alfa, Beta, Teta, dan Delta tidak bisa diubah menjadi gelombang kinetik.
Selain itu, banyak pula yang mempertanyakan gerakan tangan Tawan, mulai dari pangkal bahu hingga jari-jarinya.
Mengenai
hal itu, menurut Fritz mungkin saja Tawan sebenarnya tidak lumpuh total
di seluruh lengannya sehingga bagian jarinya pun tetap bisa digerakkan.
Bekerja atau tidaknya tangan robot yang diciptakan Tawan, tentu perlu penelitian lebih lanjut.
Namun, kreativitas Tawan dalam mengatasi keterbatasannya perlu diapresiasi.
Fritz mengungkapkan, di dunia juga sudah dilakukan penelitian serupa.
Di luar negeri, sudah dikembangkan terapi robotik untuk membantu pemulihan pasien stroke.
Sedih, Tangan Robot Iron Man Bali Rusak Kena Hujan, Padahal
AMLAPURA
- I Wayan Sumardana alias Sutawan (31) hanya bisa bengong saat
disambangi di bengkel tempat kerjanya, Sabtu (23/1/2016), sekitar pukul
16.00 Wita.
Duduk di atas besi bekas, pria tiga anak itu mengaku sedih dan stres lantaran tangan robot rancangannya rusak.
Tangan robot yang terhubung dengan alam pikiran melalui sensor itu, telah digunakan dan memberinya nafkah selama empat bulan.
Bagi Tawan --panggilan akrabnya, tangan robot rancangannya itu mampu mengisi hari-harinya saat susah maupun senang.
Saat itu, wajah suami Ni Nengah Sudiartini itu tampak lesu.
Seperti menyesali kejadian yang menimpa robotnya.
Sembari
menggigit tali, Tawan menyebut penyebab kerusakan tangan robot karena
drone sebagai alat sensornya tak berfungsi sama sekali.
Akibatnya, alat penggerak pendukung tangan robot juga bernasib sama.
Seperti shockbreaker (kaki-kaki motor), gir, serta aki kering yang menjadi sumber energinya.
Alat
ini baru diketahui rusak seusai Tawan berobat di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Karangasem, Bali, Jumat (22/1/2016), sekitar pukul 15.00
Wita.
“Saat
ditinggal, kemungkinan alatnya terkena hujan. Jadinya alat rusak, nggak
seperti biasanya. Kemarin (Jumat), hujannya deras sekali," jelas pria
asal Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, ini.
Saat kejadian, jelasnya, tangan robot rancangannya digantung di sekitar bengkel.
Sesampai di bengkel dari rumah sakit, robot dalam keadaan basah dan mengeluarkan asap.
"Ketika
saya ke luar rumah, jarang memberi penutup. Paling cuma saklarnya saja
yang saya matikan,” terang pria yang dijuluki Iron Man dari Bali ini.
Kemungkinan,
prediksi Tawan, saat terkena air hujan, semua alat tak bekerja sehingga
terjadi korsleting dan tak bergerak sesuai fungsinya.
Seandainya satu alat rusak, tambahnya, semuanya harus diatur ulang kembali.
Karena, alat yang terpasang adalah satu kesatuan.
"Satu
rusak, alat lainnya harus disusun lagi, biar kembali normal seperti
sebelumnya. Sekarang saya stres, tak bisa kerja karena alat rusak,"
sesal Tawan.
Walaupun rusak, dengan nada optimistis Tawan mengaku bisa merakitnya kembali.
Ayah
dari I Made Bintang Astro Putra (11), I Ketut Erlangga Putra (8), dan I
Putu Titan Putra (6) ini berjanji secepatnya memperbaiki.
Kini, dia menunggu alat yang dibutuhkan untuk merancang kembali tangan robot.
Alatnya masih dicarikan oleh tim dari Gubernur Bali I Made Mangku Pastika.
“Tadi
(kemarin) sempat ke sini, menanyakan alat apa saja yang dibutuhkan.
Sekarang masih menunggu alatnya. Mungkin masih dicarikan. Kalau sudah
ada, saya langsung merakitnya. Mudah-mudahan bisa didapat," harapnya.
Lantaran robotnya rusak, kini Tawan tak bisa bisa beraktivitas.
Tangan kiri yang mengalami kelumpuhan, belum bisa bekerja seperti saat memakai robot.
Namun, lanjutnya, kerjaannya sebagai tukang las dan buruh rongsokan akan kembali dilakukan setelah alat pembantunya normal.
Iron Man Bali Bersiap Rancang Robot Lebih Simple, Sensor Tak di Kepala
AMLAPURA - Seperti diberitakan, Tawan yang dijuluki Iron Man Bali adalah seorang tukang las.
Tangan kirinya yang lumpuh karena stroke mendorongnya merancang tangan rakitan.
Berbekal
informasi dari internet dan ilmunya selama bersekolah di jurusan
Elektro Sekolah Teknik Menengah (STM) Rekayasa, Denpasar, Bali hingga
tahun 2002 lalu, Tawan mulai merakit tangan robot sejak empat bulan
lalu.
Tawan menuturkan, dia merancang alat ini dengan sistem electro encephalo graphy (EEG).
Dia mengaku sudah pernah mendengar nama sistem ini, hingga kemudian ketika terkena stroke, dia berburu informasi di internet.
Menurut
Kamus Oxford, EEG adalah suatu teknik untuk merekam aktivitas listrik
di bagian yang berbeda di otak dan mengubah informasi ini menjadi suatu
pola atau gambaran, baik secara digital maupun dicatat di atas kertas
yang dinamakan sebagaielectroencephalogram.
Dalam kasus Tawan, untuk membantu tangan kirinya, maka yang dipindai oleh alat di kepalanya adalah aktivitas di otak kanannya.
Sekarang Tawan bersiap menyusun skema baru agar robot yang ada dibuat lebih simpel atau sederhana.
Kemungkinan, sensor tak akan lagi diletakkan di atas kepala, melainkan di tangan kanan.
Itu dilakukan untuk menghindari dampak radiasi sinyal terhadap otak dan pikiran.
Saat ini, lanjut Tawan, pikirannya sudah mulai melemah.
“Bahan yang dibutuhkan sudah diserahkan ke timnya Pak Mangku. Skema robot juga sudah saya tuliskan di buku,” terangnya
Tawaran Riset Bahkan Hak Paten Datang untuk Tangan Robotik Iron Man Bali
DENPASAR
- I Wayan Sumardana alias Sutawan (31), sang pencipta tangan robot,
mendapat tawaran spesial dari Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Rakitan robot sederhana yang dirangkainya untuk membantu kelumpuhan tangannya dijanjikan akan dikembangkan.
Salah satunya lewat fasilitas untuk mengembangkannya di STIMIK Primakara Bali.
Ahli robot dari STIMIK Primakara Bali Nur Kharim mengaku telah dihubungi oleh Kemenristekdikti mengenai hal tersebut.
"Kamis
lalu kami mengunjungi bengkel Sumardana. Kami berbincang santai tentang
ide dan mimpinya membuat tangan robot sambil kami mengamati tangan
robot karyanya," kata Kharim, Sabtu (23/1/2016).
Kharim mengaku tim inkubator bisnis Primakara telah mendiskusikan penemuan pria yang akrab disapa Tawan itu.
Hal
itu tentu sejalan dengan maksud dari Kemenristekdikti yang hendak
memfasilitasi pria yang dijuluki Iron Man dari Bali untuk mengembangkan
tangan robotiknya.
Sebelumnya,
Menristek Dikti Muhammad Nasir menyatakan pihaknya akan membantu
memfasilitasi dan mengembangkan teknologi karya putra bangsa.
Jika
karya tersebut melalui riset, ia bahkan berencana menciptakan hak paten
yang segera akan dibahas bersama Menteri Hukum dan HAM serta DPR.
"Semua
pengembangan teknologi, riset dan inovasi ini akan didorong terus. Ini
yang kami kembangkan terus. Jadi masalah Iron Man atau apapun itu kan
bagian kecil, nanti harus kita kembangkan," ungkap M Nasir.
Tawan membuat tangan robot setelah tangan kirinya lumpuh.
Tangan robot dihasilkan dari barang-barang rongsokan alat elektronik.
Alat
yang hanya diselesaikan dalam waktu dua bulan itu mampu mengangkat
beban hingga 10 kilogram dan digerakkan menggunakan sinyal otak.
Namun
saat ini tangan robot karya pria asal Desa Nyuh Tebel, Kecamatan
Manggis, Kabupaten Karangasem, tersebut sedang rusak akibat terkena air
hujan.
Tangan robot buatan Tawan sendiri sampai saat ini masih menjadi kontroversi.
Ada pihak yang mengakui keabsahan temuan Tawan tapi tak sedikit yang meragukannya.
Seorang
dokter ahli bedah saraf pada Brain Spine Center, dr Muhammad Sofyanto,
meyakini lengan robot kreasi Tawan benar-benar berfungsi.
Menurutnya, dalam dunia kedokteran, alat semacam itu juga sering digunakan.
“Kami
biasa menggunakan untuk membantu pasien yang lumpuh. Biasanya memang
ada alat yang ditempelkan di bagian kepala, dan fungsinya membaca
perintah dari otak,” kata Sofyanto di Surabaya.
Bahkan,
Sofyanto menjelaskan, pada tahun 2007, dia pernah bekerja sama dengan
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk mengembangkan
alat semacam itu.
“Makanya saya sejak awal memang tidak meragukan alat itu,” kata Sofyanto.
Sofyanto melihat kadar kelumpuhan yang dialami Tawan masih belum menyeluruh.
Sebab, berdasarkan rekaman video yang dilihatnya, Tawan masih bisa menggerakkan jemarinya.
“Dia
masih bisa menggerakkan jarinya untuk mengelas, dan melakukan
pekerjaannya sehari-hari, bahkan sampai menemukan alat itu,” Sofyanto
berargumentasi.
Sofyanto menduga, sebelumya Tawan memang pernah mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan kelumpuhannya.
Tepatnya, sejumlah saraf di antara leher, lengan, hingga jari, atau Plexus brachialis menjadi tertarik, karena patah leher.
“Itu
jumlahnya ada delapan anyaman atau Plexus. Nah, saya menduga saraf yang
tertarik itu adalah saraf nomor empat, lima, dan enam,” katanya.
Analisis
Sofyanto bertentangan dengan Syamsiar Kautsar, pakar robot sekaligus
Dosen Pembimbing Teknik Otomasi pada Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya (PENS).
Syamsiar melihat sejumlah kejanggalan pada perangkat robot kreasi Tawan, di antaranya proses pembacaan sensor pada otak.
Menurutnya, untuk membaca sensor pada otak manusia tidaklah semudah itu.
“Prosesnya sangat sulit,” kata Syamsiar.
Selain
itu, berdasarkan foto dan video yang dilihatnya pada sejumlah media
massa tentang lengan robot kreasi Tawan, siku penggerak pada tangan
robot itu tidak ditemukan motor penggerak.
Dia mengatakan, sejauh foto dan video yang dia amati, hanya menemukan gear box pada tangan robot itu.
“Kalau
berdasarkan bidang yang selama ini saya pelajari, akan sangat sulit
siku penggerak itu bisa berfungsi tanpa adanya motor,” ujarnya.
Iron Man Bali Dipuji dan Digunjingkan, “Mereka Iri Melihat Karya Tawan Sebagus Ini’
AMLAPURA - Tawan, pria yang dijuluki Iron Man Bali tak sendirian menghadapi kicauan miring para netizen di media sosial.
Warga Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali justru ikut mengecam.
Beberapa
warga banjar setempat terlihat datang ke tempat kerja Tawan, Sabtu
(23/1/2016), untuk memberi pujian dan dukungan kepada Tawan agar terus
berkreasi.
Mereka tampak menenangkan Tawan yang terlihat sedang stress lantaran kicauan negatif itu.
Ditambah lagi, kerusakan tangan robotnya akibat terkena hujan.
I Ketut Lingsir, warga Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, satu di antaranya.
Lingsir mengaku kasihan terhadap kondisi Tawan.
Bukannya dihargai, dipuji, terang Lingsir, malah digunjingkan di media sosial.
Tawan, lanjutnya, membuat tangan robot bukan untuk terkenal, melainkan agar beban hidup bisa teratasi.
“Saya
dan warga lainnya sangat bersimpati dengan kejadian yang menimpa Tawan.
Seharusnya dia menjadi panutan untuk warga lainnya. Pria yang
sederhana, tak punya apa-apa, tapi bisa membuat robot. Harus bangga
punya sosok seperti Tawan,” imbuhnya.
Lingsir berharap kicauan-kicauan negatif di media sosial itu hilang seiring perjalanan waktu.
Saat ini Tawan mengaku stress karena orang memojoknya.
“Jangan lagi dia dibebani dengan sesuatu yang tak perlu dilakukan,” terangnya.
Selain Lingsir, I Nengah Sardana juga mengutarakan hal senada. Pria asli Desa Pesadahan itu memotivasi Tawan agar tetap tabah.
Dia
meminta Tawan tak terpengaruh dengan kicauan negatif netizen di media
sosial, dianggap sebagai angin lalu saja. Tawan, katanya, harus tetap
fokus pada apa yang diinginkannya.
Semangat untuk berkarya harus tetap dikedepankan.
Setidaknya,
tambah Sardana, rancangan robot ini bisa membantu masyarakat yang
membutuhkan, khususnya mereka yang mengalami kekurangan fisik.
“Tawan
harus tetap semangat. Kicauan di media sosial nggak usah dihiraukan.
Mereka iri melihat karya Tawan sebagus ini,” imbuh Sardana.
Tak Banyak yang Tahu, Ini Secuil Kisah Perjalanan Iron Man Bali
AMLAPURA - Penuh lika-liku dan serba kekurangan. Usahanya pun diwarnai banyak kegagalan. Namun warga Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, ini tetap merasa bahagia.
Segala
rintangan dan kegagalan usaha dalam hidupnya itu telah dilalui oleh I
Wayan Sumardana alias Sutawan alias Tawan saat masih bujang dan saat
menikah.
Beberapa kegagalan usaha itu dialaminua sejak tamat STM Rekayasa Denpasar, Bali.
Mulai
dari usaha ternak bebek, kambing, hingga membuat usaha perbaikan
elektronik di sekitar kediamannya. Semuanya gulung tikar.
“Saat
sekolah di Denpasar, saya malas sekali. Jadi, wajar kalau usaha saya
gagal terus alias bangkrut. Tapi kegagalan itu saya jadikan pembelajaran
untuk membangun keluarga,” jelas Tawan sembari tertawa, Sabtu
(23/1/2016).
Dengan raut wajah lesu, Tawan mencoba mengingat kembali perjalanan hidupnya sejak masih remaja.
Usai tamat sekolah tahun 2002, Tawan mengadu nasib sebagai buruh pembuat kandang.
Setelah memiliki modal, pria tiga anak ini beralih profesi menjadi peternak bebek dan kambing.
Alhasil, modal yang didapatnya dari upah sebagai tukang pembuat kandang habis karena usahanya bangkrut.
Namun, kegagalan itu tak membuatnya putus asa.
Dibayangi dengan kegagalan, Sutawan mengaku nekat.
Tahun 2005, pria kelahiran Nyuh Tebel ini menikahi Ni Nengah Sudiartini yang dikenalnya sejak duduk di bangku SMP.
Setelah
menikah, lanjutnya, bersama sang istri membangun usaha elektronik.
Hanya bertahan beberapa tahun, usaha elektronik itu gulung tikar.
Saat itu, pasangan Ni Nengah Sudiartini dan I Wayan Sumardana baru dikarunia satu orang anak, I Made Astro Bintang Putra.
Lantaran tak ingin hidup sang anak serba kekurangan, Tawan akhirnya merantau ke Denpasar.
Di Denpasar, Tawan mengaku tak mendapat kerja alias ditolak.
Sebulan tanpa penghasilan, Tawan mengaku bertemu dengan orang yang bernasib sama dengannya di sebuah pura.
“Cuma
orangnya kaya. Terus saya diajak berbisnis emas di Denpasar. Per hari
hanya dapat gaji Rp 25 ribu. Sekitar 6 bulan saya ikut dengannya,” jelas
Tawan.
Lantaran kangen dengan sang anak dan istri, Tawan akhirnya kembali ke kampung halaman.
Sebelum bekerja sebagai tukang las, Tawan mengaku sempat menjadi guru di SMK Manggis, hanya saja tak mendapat gaji.
Setelah itu ia mengembara ke Nusa Penida sebagai buruh PLN.
“Saat
jadi buruh PLN, pernah kesetrum listrik sampai tak sadarkan diri. Saya
berhenti dan pulang ke kampung halaman. Anak saya yang pertama sampai
nggak ingat saya. Mungkin karena terlalu lama merantau,” terangnya.
Dengan keberanian yang cukup besar, suami Sudiartini ini membuka usaha bengkel las.
Lantaran penghasilan dianggap kurang cukup per harinya, Tawan akhirnya membeli barang bekas warga.
Sembari bekerja, Tawan merakit alat-alat yang dibutuhkan warga setempat.
“Alat
yang saya buat pertama adalah penggilingan jagung. Sampai sekarang
masih digunakan warga. Setelah tangan saya lumpuh, baru menemukan ide
merancang robot untuk bekerja,” ungkapnya.
Iron Man Bali Bikin Mangku Pastika Bangga, Ini Katanya
DENPASAR
- Gubernur Bali Made Mangku Pastika menghadiri acara mingguan "Podium
Bali Bebas Bicara Apa Saja" (PB3AS) di Lapangan Niti Mandala Renon,
Denpasar, Bali, Minggu (24/1/2016).
Dalam
orasinya, Gubernur Pastika menyinggung soal Wayan Sumardana alias Wayan
Sutawan atau Tawan, yang mampu membuat alat bantu di tangan kirinya
yang mengalami kelumpuhan.
"Tak
perlu banyak teori. Kegigihan si Tawan berjuang melanjutkan hidup
dengan kondisi satu tangan yang lumpuh adalah etos kerja yang
sesungguhnya," kata Gubernur Pastika, Denpasar, Minggu.
Tawan yang tinggal di Desa Nyuhtebel, Manggis, Karangasem, Bali merupakan tamatan STM Rekayasa Denpasar pada tahun 2002 lalu.
Dengan ide cemerlangnya itu Gubernur Pastika mengaku bangga dan menilai Tawan sosok yang hebat dan luar biasa.
Selain
itu, Gubernur Pastika juga menyinggung mengenai sejumlah keraguan yang
ditujukan terhadap Tawan yang dijuluki Iron Man Bali.
Namun, Pastika menilai bahwa Tawan tetap sosok yang patut diteladani.
"Tak
perlu persoalkan benar atau tidak alatnya itu. Tapi yang saya tekannya
adalah etos kerjanya yang harus menjadi teladan bagi generasi muda. Kita
tidak ada apa-apanya dibandingkan dia," tutur Pastika.
Gubernur Pastika juga sudah mengunjungi Tawan di bengkel luasnya yang sekaligus dijadikan tempat tinggalnya.
Dalam
kesempatan itu, Gubernur memberi dukungan moril serta bantuan untuk
kelangsungan hidup keluarganya dan perkembangan bengkelnya.
Sosok
Tawan yang sederhana dari sebuah desa ini memang menyita perhatian
banyak kalangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Ini disebabkan hebohnya pemberitaan yang mengatakan bahwa Tawan mampu membuat tangan robot untuk dirinya.
sumber : tribun