![]() |
Pura Giri Kusuma, Petang, Badung, Bali. |
BADUNG - Pura Giri Kusuma merupakan sungsungan warga Desa Blahkiuh, yang terdiri dari enam banjar.
Namun, pada hari-hari suci Hindu, warga di seluruh Kabupaten Badung rutin melakukan tirtayatra di pura ini.
Menurut penuturan warga setempat, Pura Giri Kusuma merupakan peninggalan kerajaan Singhasari yang pernah menguasai Bali pada tahun 1284.
Raja yang berkuasa saat itu ialah Kertanagara.
Saat memasuki Pura Giri Kusuma, di juba tengah tepatnya di depan pintu masuk utama mandala (areal utama) pura, terdapat dua patung gajah yang ditunggangi seorang dewa.
Dalam kepercayaan Hindu patung ini dipercaya sebagai Bhatara Indra atau Dewa Perang.
Patung ini setinggi 1x1,5 meter.
Struktur pembuatan patung dan candi-candi kuno yang terdapat di sana, sama persis seperti pembuatan Candi Singasari di Desa Candirenggo, Malang, Jawa Timur.
Yakni, menumpuk batu andhesit tanpa pelekat apapun.
Ukiran pada arca tersebut pun masih jarang, tidak renyep seperti ukiran sekarang ini.
"Menurut para leluhur, ini peninggalan Kerajaan Singhasari. Dulu semua bangunan terbuat dengan cara disusun tanpa pelekat. Namun, saat ini sudah banyak yang direnovasi, hanya patung gajah dan beberapa candi yang masih tetap dipertahankan keasliannya," ujar I Gusti Nyoman Sudana (40) warga setempat, Rabu (1/7/2015).
Setiap hari Manis Kuningan atau sehari sesudah Hari Raya Kuningan, warga Desa Blahkiuh rutin menggelar ritualngrebeg.
Saat tradisi ini, seluruh warga, baik lelaki, perempuan, tua dan muda turun ke jalan membawa bambu runcing.
Mereka secara bersama-sama mengelilingi Pura Giri Kusuma sebanyak tiga kali.
Setelah itu, mereka selacara serentak mesuryak (berteriak gembira), lalu ditutup dengan sembahyang bersama.
sumber : tribun