 |
| Kondisi Kawah GA dari Pura Giri Toh Langkir. Gbr dari Video Ketut Lea PM Waringin |
Gunung Agung (GA) masih berstatus Awas hingga hari ini, Selasa (24/10/2017).
Kondisi cuaca di Gunung setinggi 3.142 mdpl ini pun sejak siang dilanda hujan lebat.
Seperti dilaporkan BMKG Wilyah III Denpasar sejak pukul 14.00 WITA Hujan Sedang-Lebat di Kintamani, Petang, Baturiti, Penebel, Selemadeg, Kubu, Gunung Agung, Tembuku, Bangli, Tegallalang, Susut, Tampaksiring, Payangan, Gianyar, Banjarangkan, Ubud, Kubutambahan, Sawan, dan dapat meluas ke wilayah Blahbatuh, Sukawati, Abiansemal, Mengwi, Marga, Kediri, Sukasada, Banjar, Kerambitan, Tabanan, Pupuan, Busungbiu, dan sekitarnya.
Adapun berdasarkan laporan Magma Indonesia periode pukul 12.00 –18.00 WITA tercatat ada 79 kali.
Rinciannya sebagai berikut :
■ Tremor Non-Harmonik
(Jumlah : 1, Amplitudo : 4 mm, Durasi : 170 detik)
■ Vulkanik Dangkal
(Jumlah : 38, Amplitudo : 2-4 mm, Durasi : 8-24 detik)
■ Vulkanik Dalam
(Jumlah : 38, Amplitudo : 3-8 mm, S-P : 1-2 detik, Durasi : 10-39 detik)
■ Tektonik Lokal
(Jumlah : 2, Amplitudo : 8 mm, S-P : 4-5 detik, Durasi : 50-60 detik)
Secara visual asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 100-400 m di atas kawah puncak.
Sementara visual gunung Agung yang lain terlihat dari video siaran langsung di akun facebook Sigit Purwono sore ini, pukul 17.26 WITA.
Video ini direkam dari Bukit Cinta, Gelumpang, Karangasem, Bali.
Terlihat awan tebal menyelimuti Gunung tertinggi di Bali ini. Kabut pun menghalangi pandangan kawah.
Dalam video ini tidak dapat diketahui terdapat asap atau tidak pada kawahnya.
Penjelasan Soal Asap dan Gempa Gunung Agung
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, fenomena asap tebal berwarna putih dari kawah Gunung Agung mengindikasikan bahwa magma yang bergerak menuju permukaan dan uap magma terus mengalirkan panasnya ke permukaan puncak kawah.
"Aktivitas vulkanik belum kembali pulih. Tekanan di dalam tubuh gunung masih banyak dan belum dilepaskan sepenuhnya. Masih ada magma di tubuh Gunung Agung dan itu belum keluar. Magma itu tidak akan hilang begitu saja," jelas Devy ketika dihubungi, Senin (22/10/2017).
Ia menekankan kembali, hal tersebut mengindikasiksn masih ada magma yang berada di tubuh Gunung Agung saat ini, dan posisinya sudah lebih dangkal dari sebelumnya.
Gunung Agung ini “maunya” apa ? Gempa sudah puluhan ribu kali, inflasi sudah, tapi tak kunjung meletus?
Saat ini magma masih belum cukup kuat untuk menembus jalur ke permukaan puncak gunung.
Masih ada lapisan penahan di atas (magma) yang masih lebih kuat dari kekuatan magma saat ini.
Jadi, magma dan lapisan penutup itu sedang berperang, adu kuat.
Setidaknya ada tiga kemungkinan per saat ini
* Kemungkinan 1: Jika masih ada suplai baru dan cukup banyak, maka magma akan re-energized atau kembali memiliki energi untuk bergerak naik. Jika ini yang terjadi, maka potensi letusan dalam waktu yang lebih dekat dapat terjadi.
* Kemungkinan 2: Jika masih ada suplai baru tapi belum banyak, maka magma akan mengakibatkan gempa namun sedikit demi sedikit saja. Jika ini yang terjadi, maka potensi letusan dalam waktu dekat masih kecil. Namun potensi letusan dalam waktu yang lebih lama dari sekarang masih ada.
* Kemungkinan 3: Jika suplai baru tidak ada, maka proses degassing magma (keluarnya gas ke permukaan) akan membuat magma kehilangan mobilitasnya, dan lama-lama akan mengalami kristalisasi. Dan ketika itu yang terjadi, ancaman letusan baru bisa dikatakan berkurang.
Kapan statusnya berubah? Dan apa indikatornya?
PVMBG setiap saat update data untuk dimasukkan ke 3 skenario tersebut di atas. Kita lihat persentasenya, mana yang paling mungkin.
Nah, berdasarkan itulah status dan rekomendasi akan dibuat.
sumber : tribun
