DENPASAR - Kasus penipuan dengan modus dokter gadungan kembali beraksi, Kamis (4/10). Dalam 
sehari, kemarin, lima orang nyaris tertipu seseorang yang mengaku sebagai dokter di RS Sanglah. Bahkan ada yang sambil histeris datang ke RS Sanglah dengan membawa uang tunai yang rencananya diberikan kepada pelaku. Celakanya, sudah puluhan kali kasus ini terjadi, namun tidak ada satupun pelaku ditangkap polisi.
sehari, kemarin, lima orang nyaris tertipu seseorang yang mengaku sebagai dokter di RS Sanglah. Bahkan ada yang sambil histeris datang ke RS Sanglah dengan membawa uang tunai yang rencananya diberikan kepada pelaku. Celakanya, sudah puluhan kali kasus ini terjadi, namun tidak ada satupun pelaku ditangkap polisi.
Pantauan di RS Sanglah Denpasar, Kamis kemarin sedikitnya ada lima orang yang datang ke rumah sakit terbesar di Bali ini. Kasus pertama menimpa Kadek Suarni 43, asal Pemogan Denpasar Selatan. Awalnya, ada nomor telepon yang menghubungi dia yang mengaku sebagai dokter di RS Sanglah Denpasar. Dalam percakapan via ponsel ini, dokter tersebut mengatakan, kalau anaknya bernama Kadek Angga Ardiana, 14, jatuh dan menyebabkan gegar otak. “Saya diminta untuk segera kirim uang Rp 9 juta untuk biaya operasi,” katanya.
Mengetahui hal itu, Suarni panik dan sebisa mungkin mendapatkan uang untuk biaya operasi. Setelah mendapatkan uang, dia kemudian datang ke RS Sanglah, sambil menangis kemudian mengecek ke bagian administrasi RS Sanglah, namun tidak ada nama anaknya. Tidak berselang lama kemudian, si dokter gadungan kembali telepon. Dalam percakapan ini pelaku memaksa agar uang dikirim melalui rekening. “Dia bilang katanya saya menyalahi perjanjian kalau tidak mengirim uang melalui transfer, saya bawa uang tunai karena tidak bisa kirim melalui rekening,” jelasnya. Untung saja setelah mendapatkan penjelasan dari rumah sakit, Suarni baru sadar kalau dirinya menjadi korban penipuan. Si dokter gadungan saat kembali di telepon sudah curiga kalau aksinya diketahui kemudian mematikan ponselnya. Tidak berselang lama, kasus serupa juga menimpa Nyoman Gede Astara. Dia ditelpon seseorang yang mengaku dokter di RS Sanglah yang mengabarkan anaknya Dian Dwi Lestari kecelakaan. Untung saja, Astara datang langsung ke RS Sanglah, sehingga rencana untuk mengirim uang kepada pelaku gagal. Dari informasi di RS Sanglah, dalam sehari, Kamis kemarin total ada 5 orang yang nyaris menjadi korban dengan modus yang sama. Pelaku juga tahu
nama anak masing-masing korban.
nama anak masing-masing korban.
Kabag Humas RS Sanglah, Putu Putra Wisada, meminta masyarakat tidak percaya dengan hal itu. “Kami tidak pernah meminta ataupun membicarakan soal uang melalui telepon. Kami hanya akan menanyakan nama keluarga sebagai penanggung jawab itupun dimaksudkan untuk memintai pertimbangan dan persetujuan jika tim dokter mengambil tindakan ,” ungkapnya.
Ketua Yayasan Konsumen Bali (YKB), Ketut Udi Prayudi, mengaku pihaknya sudah kerap mendapatkan aduan mengenai kasus tersebut dari masyarakat. Sayangnya, dari kasus-kasus itu belum ada yang berhasil ditangani polisi. “Untuk itulah polisi harus pro aktif, polisi harus mengambil langkah ini karena ini tindak pidana,” paparnya. Selama ini terkesan aksi ini mulus-mulus saja sehingga pelaku berkali-kali beraksi secara terang-terangan. Padahal kasus ini sudah meresahkan, bahkan beberapa korban juga sudah menyetor sejumlah uang kepada pelaku. “Namun yang tidak kalah pentingnya adalah komunikasi antara pihak sekolah dan orangtua siswa, selama ini pelaku selalu menyasar korban yang anaknya sedang sekolah,” ungkapnya. Dia menduga pelaku terorganisir, pasalnya, biasanya begitu orangtua menghubungi nomor sekolah maupun nomor anak yang bersangkutan ponselnya tidak aktif. “Karena dalam waktu bersamaan pelaku juga sengaja menghubungi nomor mereka sehingga kalau ada nomor lain masuk tidak bisa,” paparnya. Karena itulah komunikasi dan sosialisasi tentang hal ini juga penting digencarkan dilingkup sekolah.
sumber : NusaBali
