KUTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar mengingatkan
masyarakat Bali untuk waspada terhadap kemungkinan munculnya angin puting beliung saat memasuki musim pancaroba.
"Pergantian musim dari kemarau ke penghujan kali ini dimulai April sampai Mei. Ini merupakan musim pancaroba," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar B Endro Tjahjono, di Kuta, Jumat (1/4).
Dia mengatakan, pada musim pancaroba itu cenderung menimbulkan awan konvektif, yakni awan yang menjulang ke angkasa. Awan itu akan memunculkan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya angin yang dapat "menyapu" rumah-rumah milik warga. "Ciri-ciri dari awan itu, antara lain menimbulkan gemuruh dan petir serta terlihat abu-abu gelap menjulang tinggi ke angkasa," katanya.
Endro mengingatkan, jika warga melihat tanda awan seperti itu sebaiknya tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Dia menjelaskan, hampir seluruh wilayah Pulau Dewata berpotensi dilanda bencana alam yang dapat merusak tempat tinggal dan sarana lainnya itu.
Berdasarkan catatan, Bali bagian selatan dan tengah paling berpotensi dilanda puting beliung yang kemungkinan bisa muncul secara tiba-tiba. "Wilayah selatan itu mayoritas berada di kawasan pesisir pantai, sedangkan tengah merupakan daerah perbukitan," ujarnya.
Kedua daerah itu, ucap Endro, rata-rata memiliki curah hujan antara sedang dan lebat, yakni sekitar 20 milimeter/jam. Angin puting beliung adalah dampak perubahan iklim yang berupa angin kencang sesaat dengan durasi 3-5 menit. Angin itu bergerak melingkar hingga menyentuh permukaan bumi."Angin kencang itu memiliki kecepatan cukup tinggi antara 54 sampai 72 kilometer/jam, dengan rata-rata kecepatan 60 kilometer/jam," katanya.
Fenomena alam itu memang cukup sering muncul sejak terjadinya perubahan iklim di kawasan wisata internasional itu. Terakhir, pertengahan Maret, sejumlah rumah di Kabupaten Buleleng, terutama bagian atapnya hancur setelah diterjang puting beliung.

"Pergantian musim dari kemarau ke penghujan kali ini dimulai April sampai Mei. Ini merupakan musim pancaroba," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar B Endro Tjahjono, di Kuta, Jumat (1/4).
Dia mengatakan, pada musim pancaroba itu cenderung menimbulkan awan konvektif, yakni awan yang menjulang ke angkasa. Awan itu akan memunculkan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya angin yang dapat "menyapu" rumah-rumah milik warga. "Ciri-ciri dari awan itu, antara lain menimbulkan gemuruh dan petir serta terlihat abu-abu gelap menjulang tinggi ke angkasa," katanya.
Endro mengingatkan, jika warga melihat tanda awan seperti itu sebaiknya tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Dia menjelaskan, hampir seluruh wilayah Pulau Dewata berpotensi dilanda bencana alam yang dapat merusak tempat tinggal dan sarana lainnya itu.
Berdasarkan catatan, Bali bagian selatan dan tengah paling berpotensi dilanda puting beliung yang kemungkinan bisa muncul secara tiba-tiba. "Wilayah selatan itu mayoritas berada di kawasan pesisir pantai, sedangkan tengah merupakan daerah perbukitan," ujarnya.
Kedua daerah itu, ucap Endro, rata-rata memiliki curah hujan antara sedang dan lebat, yakni sekitar 20 milimeter/jam. Angin puting beliung adalah dampak perubahan iklim yang berupa angin kencang sesaat dengan durasi 3-5 menit. Angin itu bergerak melingkar hingga menyentuh permukaan bumi."Angin kencang itu memiliki kecepatan cukup tinggi antara 54 sampai 72 kilometer/jam, dengan rata-rata kecepatan 60 kilometer/jam," katanya.
Fenomena alam itu memang cukup sering muncul sejak terjadinya perubahan iklim di kawasan wisata internasional itu. Terakhir, pertengahan Maret, sejumlah rumah di Kabupaten Buleleng, terutama bagian atapnya hancur setelah diterjang puting beliung.
sumber : MICOM